Monday 11 November 2013

PROPOSAL SKRIPSI LOMPAT JAUH



BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang Masalah
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik, nomor ini merupakan jenis lompatan horizontal yaitu pencapaian jarak terjauh menjadi tujuan utama dari nomor ini. Dengan demikian semua potensi dan aspek teknis penunjang diarahkan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih (1985:67) menjelaskan bahwa:
“Yang menjadi tujuan dari lompat jauh adalah mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Maka untuk dapat mencapai jarak lompatan itu dengan jauh, terlebih dahulu harus sudah memahami unsur-unsur pokok pada lompat.”

Untuk mencapai hasil lompatan yang optimal, faktor mendasar yang harus dimiliki oleh pelompat adalah kemampuan kondisi fisik dan kemampuan penguasaan teknik. Pengaruh kondisi fisik akan teriihat pada kemampuan pelompat ketika melakukan awalan dan tolakan. Awalan yang cepat dan tolakan yang kuat dipengaruhi oleh kecepatan dan power tungkai si pelompat, sedangkan keserasian gerak awalan dan tolakan yang baik sangat tergantung pada penguasaan tekniknya. Apabila kecepatan dan power menolak ini dilakukan dengan teknik awalan dan tolakan yang benar maka hasil lompatannyapun akan jauh.
Unsur-unsur yang mempunyai pengaruh terhadap hasil lompatan diantaranya adalah kecepatan horizontal dan tolakan vertikal. Kecepatan horizontal diperiukan pada saat melakukan awalan, sedangkan tolakan vertikal diperlukan saat kaki tolak menyentuh papan tolak untuk melakukan take-off. Hal ini sesuai dengan pendapat Ballesteros, (1979:54 ) yaitu : “Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang di buat sewaktu dari awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak. Resultante dari kedua gaya menentukan gerak parabola dari titik pusat gravitasi.”
Untuk mencapai hasil yang maksimal maka saat take-off diperlukan dorongan tenaga yang kuat untuk menyetesaikan suatu perpindahan dari kecepatan horizontal menjadi kekuatan vertikal. Keterampilan mengubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertikal yang dihasilkan dari kekuatan tolakan akan mudah dipelajari di lapangan. Latihan fase menolak ini lebih banyak ditekankan pada bentuk latihan dinamis yang merupakan kombinasi lari dan lompat.
Pada halaman terdahulu telah dijelaskan bahwa faktor kemampuan fisik yang mempengaruhi hasil lompat jauh adalah kecepatan horizontal dan tolakan vertikal. Dengan mentransfer kedua unsur tersebut didukung dengan penguasaan teknik yang sempurna akan mendapatkan lintasan parabola yang menguntungkan saat melayang di udara dalam mempertahankan lintasan titik berat badan persiapan untuk pendaratan, yang pada akhirnya dapat memperbaiki hasil lompatan. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan hasil lompatan seperti mempercepat kecepatan horizontal, meningkatkan power tungkai agar mendapatkan tolakan vertikal yang kuat. Demikian pula penyempurnaan teknik dilakukan terus untuk memperbaiki saat melayang di udara, perbaikan ini diperlukan untuk menyempurnakan teknik saat melayang di udara serta membentuk gaya yang diinginkan. Pengalaman empirik telah banyak dilakukan para pelatih untuk meningkatkan hasil lompat jauh, seperti meninggikan tempat tolakan, menggunakan gawang dan tali yang harus dilewati pelompat pada saat sikap melayang di udara dan menggantungkan sesuatu benda yang harus disentuh oleh pelompat, semua upaya tersebut berdaya guna untuk meningkatkan hasil lompatan. Para pelatih di Australia menggunakan papan miring atau “Inclined Board” (B.Yuhechkevisth. et.al 1984) sebagai balok toiakan bagi atlet yang sudah mahir untuk memperbaiki take-off, sedangkan bagi pemula belum diketahui secara pasti seberapa jauh pengaruhnya terhadap hasil lompatan.
Berdasarkan informasi tersebut, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap hasil lompatan, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penggunaan papan tolak miring dan papan tolak datar dengan tema sentral penelitian adalah perbedaan pengaruh latihan lompat jauh antara kelompok yang menggunakan papan tolak miring dan kelompok yang menggunakan papan tolak datar terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa SLTP.

B.            Masalah Penelitian
Bertitik tolak dan latar belakang masalah yang penulis uraikan, timbul permasalahan sebagai berikut yaitu :
1.             Apakah latihan menggunakan papan tolak miring berpengaruh terhadap hasil lompatan.
2.             Apakah latihan menggunakan papan tolak datar berpengaruh terhadap hasil lompatan.
3.             Apakah  terdapat perbedaan  hasil  lompat jauh  antara kelompok yang  berlatih menggunakan papan tolak miring dan yang berlatih menggunakan papan tolak datar.

C.           Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.             Untuk mengetahui pengaruh latihan lompat jauh dengan menggunakan papan tolak miring.
2.             Untuk mengetahui pengaruh latihan lompat jauh dengan menggunakan papar tolak datar.
3.             Untuk mengetahui berapa besar perbedaan hasil lompat jauh antara kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak miring dan kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak datar.

D.           Kegunaan Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.             Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan keilmuan mengenai besarnya perbedaan hasil lompat jauh antara kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak miring dan kelompok yang menggunakan papan tolak datar.
2.             Secara praktis dapat dijadikan acuan bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, pembina olahraga, serta bagi siswa itu sendiri untuk meningkatkan hasil lompat jauh.

E.            Pembatasan Penelitian
Menyadari keterbatasan waktu, tenaga, dana, serta untuk menghindari adanya penafsiran yang terlalu meluas, maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan ruang lingkup penelitian. Hal ini dikemukakan oleh Nasution (1991:31) bahwa : “Tiap masalah pada hakekatnya komplek sehingga tak dapat diselidiki segala aspeknya secara tuntas.” Pembatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.             Sampel terdiri dari siswa laki-laki kelas ..........
2.             Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dari seluruh populasi yang termasuk kelas 2.
3.             Penelitian ini terbatas pada permasalahan. “Perbedaan pengaruh latihan lompat jauh antara latihan yang menggunakan papan tolak miring dan papan tolak datar terhadap hasil lompat jauh.”
4.             Pengukuran atau pengujian hanya terbatas pada hasil lompatan yang diukur dengan tes lompat jauh gaya sit down in the air atau gaya jongkok.


F.            Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.             Anggapan Dasar
Kemampuan fisik dan penguasaan teknik merupakan hal yang sangat mendasar yang harus dimiliki oleh pelompat jauh. Untuk mencapai hasil lompatan yang optimal diperlukan kemampuan fisik yang prima dan penguasaan teknik yang sempurna, dengan kondisi fisik yang prima akan menunjang penampilan pelompat ketika melakukan lompatan. Penampilan teknik yang sempurna akan mempengaruhi efisiensi gerak, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap hasil lompatan.
Kemampuan fisik pelompat akan terlihat saat melakukan awalan dan tolakan pada lompat jauh. Awalan pada lompat jauh dituntut harus cepat dan konsisten dengan kian lama kian mendekati kecepatan maksimal tetapi masih terkendali. Hal ini akan membentuk kecepatan horizontal yang besar disertai ketepatan yang tinggi saat take-off untuk mendapatkan daya dorong yang optimal yang pada akhirnya menghasilkan lintasan parabola yang maksimal. Kemampuan menolak/menumpu merupakan keterampilan mengubah kecepatan horizontal awalan menjadi kekuatan tolakan. Gerakan menolak ini dilakukan dengan gaya tolak yang sangat kuat namun dalam waktu yang sangat singkat mulai dan menapakkan kaki, mengabsorbsi tenaga, dan melencangkan tungkai untuk take-off hingga dengan demikian dan pelompat dituntut kecepatan, kekuatan, dan koordinasi gerakan yang memadai sehingga gerakan tolakan dapat dilakukan secara efektif.
Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknik sekaligus kemampuan fisik yang diperoleh melalui proses latihan yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil lompatan, dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya dengan menggunakan papan tolak miring dan papan tolak datar. Kedua bentuk latihan tersebut dilakukan untuk memperbaiki teknik saat mengabsorpsi kecepatan awalan ke tenaga tolakan, sehingga pelompat akan mendapatkan lintasan perjalanan titik berat badan yang menguntungkan pada saat melayang di udara.
a.              Latihan menolak dengan menggunakan papan tolak miring akan menghasilkan lintasan titik berat badan yang lebih tinggi sehingga pelompat dapat lebih leluasa mempertahankan sikap badan di udara dan hal ini sangat membantu pelompat untuk membentuk teknik meiayang di udara atau membentuk gaya lompat yang diinginkan. Penggunaan papan tolak miring ini tidak saja memperbaiki penguasaan teknik namun memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan power pada kaki tolak. Latihan inipun akan menyebabkan kaki tolak/tumpu memperoleh ruang gerak yang lebih luas, karena tumit terangkat dalam jangkauan gerak maksimal. Demikian juga dengan otot yang digunakan akan mengerahkan tenaga maksimal saat berkontraksi. Melalui proses latihan yang dilakukan terus-menerus akan dapat memperkuat otot pergelangan kaki tumpu yang akhirnya akan mempengaruhi hasil lompatan, hal ini dikemukakan oleh Hidayat (1990:62) bahwa: “tumpuan yang kuat akan menghasilkan reaksi yang kuat pula.” Latihan dengan menggunakan papan tolak miring (inclined board) diasumsikan cenderung memperkuat persendian pergelangan kaki sekaligus peningkatan power kaki tolak. Dengan demikian diduga bahwa latihan menggunakan papan tolak miring memberikan kesempatan melayang di udara lebih lama serta meningkatkan power kaki tolak hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil lompatan.
b.             Kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak datar mempunyai keuntungan mekanik karena gerakan menolak pada papan tolak datar sesuai dengan gerak anatomis kaki sehingga persendian bergerak dalam ruang geraknya, hal ini membantu pengembangan pola gerak yang tepat, melalui pola gerak yang tepat maka koordinasi gerakan serta power akan terbentuk dengan sendirinya, ini memungkinkan gerakan akan terkendali karena tahanan merupakan bidang datar sehingga posisi tubuh saat menolak dalam keadaan stabil, pada saat kaki tolak menyentuh papan tolakan maka otot kaki tolak berkontraksi secara eksentris dimana otot lebih panjang daripada saat istirahat sehingga dengan keadaan tersebut menghasilkan kerja yang efisien dengan kekuatan kerja yang besar yang akhimya akan mempengaruhi hasil lompatan.
c.              Latihan menggunakan papan tolak miring dan papan tolak datar dapat dibedakan ditinjau dan karakteristik papan tolakan, biomekanik, sudut lepas yang dibentuk, gerakan gaya dorong, lamanya waktu untuk melayang di udara yang kesemuannya itu menghasilkan hasil lompatan yang berbeda.


2.             Hipotesis
Berdasarkan anggapan dasar tersebut di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
a.               Latihan dengan menggunakan papan tolak miring berpengaruh positif terhadap hasil lompat jauh.
b.              Latihan dengan menggunakan papan tolak datar berpengaruh positif terhadap hasil lompat jauh.
c.               Terdapat perbedaan hasil latihan antara latihan menggunakan papan tolak miring dan latihan menggunakan papan tolak datar terhadap peningkatan hasil lompat jauh.

G.           Batasan Istilah
Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering berbeda-beda sehingga menimbulkan kekeliruan dan mengaburkan pengertian oleh karena itu, penulis tentukan pengertian operasional terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengacu pada pendapat ahli, yaitu sebagai berikut :
1.             Perbedaan. menurut Purwadarminta (1985:84 ) adalah perimbangan (antara beberapa benda atau perkara). Yang dimaksud perbedaan dalam penelitian ini adalah membedakan pengaruh latihan antara kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak miring dan kelompok yang menggunakan papan tolak datar terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.
2.             Latihan menurut Harsono (1988:10) adalah “Suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban latihannya atau pekerjaannya.”
3.             Papan tolak miring, merupakan modifikasi dari papan tolak/balok tumpuan yang dimiringkan dengan kemiringan 20 derajat.
4.             Papan tolak datar adalah balok tumpuan yang biasa dilakukan pada saat take-off pada nomor lompat jauh.
5.             Hasil lompat jauh adalah jarak lompatan yang dilakukan oleh naracoba/sampel dari kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak miring (Inclined board) dan kelompok yang menggunakan papan tolak datar.

Sunday 30 December 2012

Teknik Olah Raga Lari Estafet | Sejarah | Peraturan |


1. Pengertian Lari Estafet
    Teknik Olah Raga Lari Estafet | Sejarah | Peraturan | Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Lari ini dilakukan bersambung dan bergantian membawa tongkat dari garis start sampai ke garis finish. Dalam satu regu lari sambung terdapat empat orang pelari. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke pelari berikutnya.
Start yang digunakan dalam lari bersambung adalah untuk pelari pertama menggunakan start jongkok. Sedangkan untuk pelari kedua, ketiga, dan pelari yang keempat menggunakan start melayang. Jarak lari bersambung yang sering diperlombakan dalam atletik baik untuk putra maupun putri adalah 4 x 100 meter atau 4 x 400 meter. Dalam melakukan lari sambung bukan teknik saja yang diperlukan tetapi pemberian dan penerimaan tongkat di zona atau daerah pergantian serta penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari.

2. Sejarah Lari Estafet
    Lari sambung dimulai dari bangsa Aztek, Inka, dan Maya bertujuan untuk meneruskan berita yang telah diketahui sejak lama. Di Yunani, estafet obor diselenggarakan dalam hubungannya dengan pemujaan leluhur dan untuk meneruskan api keramat ke jajahan-jajahan baru. Tradisi api olimpiade berasal dari tradisi Yunani tersebut.
Lari estafet 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter bagi pria dalam bentuk sekarang ini, pertama-tama diselenggarakan pada olimpiade tahun 1992 di Stockholm. Estafet 4 x 100 meter bagi wanita sejak tahun 1928 menjadi nomor olimpiade dan 4 x 400 meter dilombakan sejak tahun 1972.

3. Peraturan Lari Estafet
    Masing-masing pelari mempunyai peran penting dalam olahraga lari estafet. Oleh karena itu, kekompakan dan irama lari juga harus selalu dijaga. Dalam jarak tempuh 4 x 100 meter, pelari tidak diperbolehkan untuk menjatuhkan tongkat estafet. Jadi harus benar-benar dilatih cara mengoper tongkat. Karena bila terjatuh, peserta lari akan langsung didiskualifikasi. Berbeda halnya dengan olahraga lari estafet dengan jarak tempuh 4 x 400 meter. Karena jarak tempuh yang lebih jauh, maka peraturannya pun lebih ringan. Peserta lari boleh menjatuhkan dan mengambil kembali tongkat estafet yang terjatuh. Tetapi resikonya adalah kalah. Karena ketika peserta lari mengambil tongkat, maka dipastikan peserta tersebut akan jauh tertinggal dari peserta-peserta lain.
4. Tongkat Estafet

    Tongkat estafet adalah benda yang diberikan secara bergilir dari satu peserta ke peserta lari lainnya dalam satu regu. Karena itu, tongkat ini pun tidak sembarang tongkat. Ukurannya dibuat sesuai dan pas dengan panjang genggaman pelari pada umumnya.
Ukuran tongkat yang digunakan pada lari estafet adalah:
• Panjang tongkat : 29 – 30 cm
• Diameter tongkat : 3,81 cm (dewasa) dan 2,54 cm (anak-anak)
• Berat tongkat : 50 gr
Cara memegang tongkat estafet harus dilakukan dengan benar. Memegang tongkat dapat dilakukan dengan dipegang oleh tangan kiri atau kanan. Setengah bagian dari tongkat dipegang oleh pemberi tongkat. Dan ujungnya lagi akan dipegang oleh penerima tongkat estafet berikutnya. Dan bagi pelari pertama, tongkat estafet harus dipegang dibelakang garis start dan tidak menyentuh garis start.

5. Teknik Pergantian Tongkat Estafet
    Perlombaan lari estafet mengenal dua cara pergantian tongkat, yaitu:
a. Teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat (visual)
Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil menolehkan kepala untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari sebelumnya. Penerimaan tongkat dengan cara melihat biasanya dilakukan pada nomor 4 x 400 meter.
b. Teknik penerimaan tongkat dengan cara tidak melihat (non visual)
Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa melihat tongkat yang akan diterimanya. Cara penerimaan tongkat tanpa melihat biasanya digunakan dalam lari estafet 4 x 100 meter.
Dilihat dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima tongkat tanpa melihat lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam pelaksanaannya, antara penerima dan pemberi perlu melakukan latihan yang lebih lama melalui pendekatan yang tepat.

6. Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat Estafet
    Prinsip lari sambung adalah berusaha membawa tongkat secepat-cepatnya yang dilakukan dengan memberi dan menerima tongkat dari satu pelari kepada pelari lainnya, agar dapat melakukan teknik tersebut, pelari harus menguasai keterampilan gerak lari dan keterampilan memberi serta menerima tongkat yang dibawanya.
Dalam beberapa perlombaan lari sambung, seringkali suatu regu dikalahkan oleh regu lainnya hanya karena kurang menguasai keterampilan gerak menerima dan memberikan tongkat dari satu pelari kepada pelari yang lainnya. Bahkan, seringkali suatu regu didiskualifikasi hanya karena kurang tepatnya penerimaan dan pemberian tongkat.
Perlombaan lari estafet mengenal dua cara pemberian dan penerimaan tongkat, yaitu:
a. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari bawah
Teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat dengan tangan kiri. Sambil berlari atlet akan memberikan tongkat tersebut dengan tangan kiri. Saat akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah. Sementara itu, tangan penerima telah siap dibelakang dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari tangan lainnya dirapatkan.
b. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari atas
Teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari belakang ke depan, kemudian dengan segera meletakan tongkat dari atas pada telapak tangan penerima. Pelari yang akan menerima tongkat mengayunkan tangan dari depan ke belakang dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar dan jari-jari tangan lainnya rapat.
Ada sebuah cara yang dilakukan dalam olahraga lari estafet agar tongkat estafet tidak jatuh saat diberikan pada peserta lain. Yaitu pelari yang memegang tongkat estafet meegang tongkat estafet dengan tangan kiri dan memberikannya juga dengan tangan kiri. Sedangkan si penerima tongkat bersiap menerima tongkat dengan tangan kanan.


7. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Lari Estafet

    Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam olahraga lari estafet, sebagai berikut:
a. Pemberian tongkat sebaiknya secara bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang tongkat pada tangan kanan, sedangkan pelari 2 dan 4 menerima atau memegang tongkat dengan tangan kiri atau sebaliknya.
b. Penempatan pelari hendaknya disesuaikan dengan keistimewaan dari masing-masing pelari. Misalnya, pelari 1 dan 3 dipilih yang benar-benar baik dalam tikungan. Pelari 2 dan 4 merupakan pelari yang mempunyai daya tahan yang baik. 
c. Jarak penantian pelari 2, 3, dan 4 harus benar-benar diukur dengan tepat.
d. Setelah memberikan tongkat estafet jangan segera keluar dari lintasan masing-masing.

8. Peraturan Perlombaan
    Adapun peraturan perlombaan dalam olahraga lari estafet, sebagai berikut:
a. Panjang daerah pergantian tongkat estafet adalah 20 meter dan bagi pelari estafet 4 x 100 meter ditambah 10 meter prazona. Prazona adalah suatu daerah di mana pelari yang akan berangkat dapat mempercepat larinya, tetapi di sini tidak terjadi pergantian tongkat.
b. Setiap pelari harus tetap tinggal di jalur lintasan masing-masing meskipun sudah memberikan tongkatnya kepada pelari berikutnya. Apabila tongkat terjatuh, pelari yang menjatuhkannya harus mengambilnya.
c. Dalam lari estafet, pelari pertama berlari pada lintasannya masing-masing sampai tikungan pertama, kemudian boleh masuk ke lintasan dalam, pelari ketiga dan pelari keempat menunggu di daerah pergantian secara berurutan sesuai kedatangan pelari seregunya.

Thursday 15 November 2012

MAKALAH PSICHOLOGI AGAMA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Di zaman kuno penyakit yang di derita manusia sering di kaitkan dengan gejala-gejala spiritual. Seseorang penderita sakit di hubungkan dengan adanya gangguan dari roh jahat oleh semacam makhluk halus, karena nya, penderita selalu berhubungan dengan para dukun yang di anggap mampu berkomunikasi dengan makhluk halus dan mampu menahan ganguannya. Pengobaatan penyakit di kaitkan dengan gejala rohani manusia.
Sebaliknya, di dunia modern penyakit manusia didiagnose berdasarkan gejala-gejala biologis. Makhluk-makhluk halus yang di asumsikan sebagai roh jahat di masyarakat primitif, ternyata dengan menggunakan perangkat medis modern dapat di deteksi mikroskop, yaitu kuman dan virus.
Di sela-sela perkembangan ilmu kedokteran modern tersebut,para psikolog dan agamawan mulai melihat gejala penyakit dari sudut pandang yang bebrbeda.di dunia barat, sejak abad pertengahan gereja mulai mengidentifikasi adanya hubungan antara keyakinan beragama dan penyakit nonfisik. Mereka kemudian mencoba menggunakan sumber-sumber spiritual sebagai cara untuk mendiagnose penyakit yang berhubungan dengan gangguan rohani manusia.
Sejak awal-awal abad ke-19 boleh dikatakan para ahli kedokteran mulai menyadari akan adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan psikis manusia. Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia dapat menderita gangguan pisik yang disebabkan oleh gangguan mental (somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (psikosomatik). Dan diantara faktor mental yang di identifikasikan sebagai fotensial dapat menimbulkan gejala tersebut adalah keyakinan agama. Hal ini antara lain disebabkan sebagian besar dokter fisik melihat bahwa penyakit mental (mental illness) sama sekali tak ada hubungan nya dengan penyembuhan medis, (Mc guire,1981: 251) serta sebagai penyembuhan penderita penyakit mental dengan menggunakan pendekatan agama.
b. Rumusan Masalah
• Pengertian Kesehatan mental
• Hubungan Agama Dan Kesehatan Mental
• Kesehatan Mental Dalam Al-Qur’an
• Kesehatan Mental Dalam Hadits
• Berbagai Aliran Dalam Kesehatan Mental
BAB II
KESEHATAN MENTAL
A. Pengertian Ksehatan Mental
Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, tentram.
Kesehatan mental sebagai salah satu cabang ilmu jiwa sudah di kenal sejak abad ke- 19, seperti di Jerman tahun 1875 M, orang sudah mengenal kesehatan mental sebagai suatu ilmu walaupun dalam bentuk sederhana.
Zakiiah daradjat merumuskan pengertian kesehatan mental dalam pengertian yang luas dengan memasukkan aspek agama di dalamnya seperti berikut :
Kesehatan mental ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat.
Pengertian “terwujud nya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan” adalah berkembangnya seluruh potensi kejiwaan secara seimbang sehingga manusia dapat mencapai kesehatan lahir dan batin, jasmani dan rohani dan terhindar dari pertentangan batin, keguncangan jiwa, kebimbangan dan keragu-raguan serta tekanan perasaan dalam menghadapi berbagai dorongan dan keinginan.
Dan pengertian tentang “ terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya” adalah usaha seseorang untuk melakukan penyesuian diri yang sehat terhadap dirinya, yang mencakup pembangunan dan pengembangan seluruh potensi dan daya yang terdapat dalam dirinya serta berkemampuan untuk memanfaatkan potensi dan daya itu seoptimal mungkin sehingga penyesuaian membawa kepada kesejahteraan dan kebahagiaan diri dari orang lain.
Pengertian “ penyesuaian diri yang sehat dengan lingkungan atau terhadap masyarakat” adalah mengandung tuntutan kepada seseorang untuk meningkatkan keadaan masyarakat dan keadaan dirinya sendiri dalam masyarakat dalam arti ia tidak hanya memenuhi tuntutan masyarakat dan mengadakan perbaikan di dalamnya, tetapi juga dapat mengembangkan dirinya secara serasi di dalam masyarakat tersebut. Hal-hal tersebut diatas hanya dapat di capai apabila masing-masing individu dan masyarakat sama-sama berusaha meningkatkan dirinya secara terus-menerus dalam batas yang din ridhai allah.
Adapun pengertian mengenai “ berlandaskan keimanan dan ketaqwaaan ” adalah bahwa maslah keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungan nya atau masyarkat hanya dapat terwujud dan tercapai secara sempurna apabila usaha itu berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada allah Swt. Jadi faktor agama memainkan peranan yang penting dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan mental dalam defenisi ini.
Akhirnya pengertian “ bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagian di dunia dan di akhirat “ adalah tujuan dari ilmu kesehatan mental untuk mewujudkan kehidupan yang baik, sejahtera dan bahagia bagi manusia secara lahir dan batin, jasmani dan rohani serta dunia dan akhirat.
Dengan masuk nya faktor keimanan, ktaqwaan dan ketuhanan dalam pengartian ilmu kesehatan mental, maka pengertian kesehatan mental teras luas dan dalam karena sudah mencakup seluruh aspek dari kehidupan manusia. Dan sekaligus mewujudkan bahwa agama mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan mental.
B. Hubungan Agama Dan Kesehatan Mental
Dalam ilmu kedokteran dikenal dengan istilah “psikosomatik” (kejiwabadanan). Dimaksudkan dengan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa, terdapat hubungan yang erat antara jiwa dan badan. Jika jiwa berada dalam kondisi yang kurang normal seperti susah, cemas, gelisah dan sebagainya, makan badan turut menderita.
Prof. Dr. Muhammad Mahmud Abd al-Qadir lebih jauh juga membahas hubungan antara agama dan kesehatan mental melalui pendekatan teori biokimia. Menurutnya didalam tubuh manusia terdapat sembilan jenis kelenjar hormon yang memproduksi persenyawaan-persenyawaan kimia yang mempunyai pengaruh biokimia tertentu, disalurkan lewat pembuluh darah dan selanjutnya memberi pengaruh kepada eksistensi dan berbagai kegiatan tubuh. Persenyawaa-persenyawaan itu disebut hormon.
Kelenjar hormon yang mengatur kekuasaan otonomi dalam tubuh adalah kelenjar hipofise (pituitary). Kelenjar ini menjadi pengaturan semua, kelenjar hormon yang terdapat dalam tubuh. Selanjutnya diantara kelenjar lain yang mempunyai pengaruh biologis yang amat spesifik, adalah kelenjar adrenal. Pengaruh tersebut bersumber dari hormon adrenalin dan hormon non adrenalin yang dihasilkannya.
Pada binatang hormon adrenalin dan hormon non adrenalin ini sudah memiliki komposisi yang tetap. Binatang buas memiliki komposisi non adrenalin yang lebih banyak, sedangkan binatang jinak adalah sebalik nya, yaitu hormon adrenalin-nya yang lebih banyak. Tetapi pada manusia komposisi tersebut tergantung dari reaksi tubuh. Dalam kondisi tertentu seperti berada dalam keadaan nikmat, senang maka hormon non adrenalin lebuh tinggi kadarnya sebaliknya dalam kondisi yang sedih, takut, cemas maka kadar hormon adrenalin yang tinggi. Dalam kondisi kadar non adrenalin tinggi seseorang akan di pengaruhi oleh perasaan optimis, kepribadian menjadi kuat. Sebaliknya jika ada hormon adrenalin yang tinggi maka seseorang akan bersikap pesimis. Ia akan diliputi oleh rasa takut dan lemah menghadapi kenyataan, serta tak mampu mengahadapi tantangan.
Agaknya cukup logis kalau setiap ajaran agama mewajibkan penganutnya untuk melaksanakan ajarannya secara rutin. Bentuk dan pelaksanaan ibadah agama, paling tidak akan ikut pengaruh dalam rasa sukses sebagai pengabdi tuhan yang setia. Dampak dari ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Dan manusia sebagai makhluk yang memiliki kasatusn jasmani dan rohani secara tak terpisahkan, memerlukan perlakuan yang dpat memuaskan keduanya.
Salah satu cabang ilmu jiwa yang tergolong dalam ( psikologi humanistika dikenal logoterapi (logos berarti makna dan juga rohani). Logoterapi di landasi falsafah hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya demensi spiritual di samping dimensi biologis, dimensi psikologis, dan demensi sosial pada kehidupan manusia. Kemudian logoterapi menitik beratkan pada pemahaman bahwa dambaan utama manusia yang asasi atau motif dasar manusia adalah hasrat untuk hidup bermakna. Diantara hasrat itu terungkap dlam keinginanan manusia untuk memiliki kebebasan dalm menemukan makna hidup. Kebebasan seperti itu di lakukannya antara lain melalui karya-karya yang di ciptakannya, hal-hal yang dialami dan di hayati (termsuk agama dan cinta kasih), atau dalam bentuk sikap atas keadaan dan penderitaan yang tak mungkin dilakukan. Adapun makna hidup adalah hal-hal yang menberikan nilai khusus bagi seseorang, yang bila di penuhinya akan menjadikan hidupnya berharga yang akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan. Dalam Logoterapi di kenal dua peringkat makna hidup, yaitu makna hidup pribadi dan makna hidup paripurna.
Makna hidup paripurna bersifat mutlak dan universal, serta dapat saja dijadikan landasan dan sumber makna hidup pribadi. Bagi mereka yang tidak atau kurang penghayatannya terhadap agama, mungkin saja pandangan falsafah atau ideologi tertentu di anggap memiliki nilai-nilai universal dan paripurna. Sedangkan bagi penganut agama, pelaksanaan ibadah agama, paling tidak akan ikut berpengaruh dalam menanamkan keseluruhan budi yang pada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhanyang setia. Dampak dan ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna. Dan manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan jasmani dan rohani secara tak terpisahkan, memerlukan perlakuan yang dapat memuaskan keduanya.
Di sinilah letak peranan agama dalam membina kesehatan mental, berdasarkan perndekatan logoterapi, Karena bagaimanapun, suatu ketika manusia berada dalam kondisi keadaan tanpa daya, manusia akan kehilangan pegangan, bersikap pasrah. Dalam kondisi yang serupa ini ajaran agama paling tidak akan membangkitkan makna dalam hidupnya. Makna hidup pribadi menurut logoterapi hanya dapat dan harus ditemukan sendiri.
Selanjutnya Logoterapi menunjukkan tiga bidang kegiatan yang secara potensial memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna hidup bagi dirinya. Ketiga kegiatan itu adalah :
1. Kegiatan berkarya, bekerja dan menciptakan, serta melaksanakan dengan sebaik-baiknya tugas dan kewajiban masing-masing;
2. Keyakinan dan penghayatan atas nilai-nilai tertentu (kebenaran, keindahan, kebajikan, keimanan dan lainnya) dan;
3. Sikap tepat yang diambil dalam keadaan dan penderitaan yang tidak terelakkan lagi.
Dalam menghadapi sikap yang tak trhindarkan lagi pada kondisi yang ketigs menurut logoterapi, maka ibadah merupakan salah satu cara yang dapat di gunakan untuk membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang terdapat dalam diri dan sekitarnya.
C. Kesehatan Mental Dalam Al-Qur’an
Orang yang tidak merasa tenang, aman serta tentram dalam hari-hari nya adalah orsng sakit rohani atau mental nya, tulis H.Carl Withe rigton (M.Bukhori, 1982: 5). Para ahli psikiatri mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang di perlukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan berupa kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial.
Al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam, kebenarannya bersifat hakiki dan tdak ada keraguan didalam nya karena di turunkan oleh Allah. Oleh karena itu apapun bentuk pengungkapan Al-Qur’an setiap orng beriman ataupun yang mempergunakan akal sehatnya pasti akan menerima dan mengaku kebenarannya.
Sebagai kitab suci yang berisi petunjuk (hudan) dan penjelas, bagi petunjuk itu sendiri (wal bayyin min al-huda) di dalamnya banyak terdapat banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan kesehatan mental dengan berbagai istilah yang di gunakan sebagai sesuatu yang hendak di capai oleh setiap manusia. Menurut Langgulung, istilah-istilah tersebut adalah kebahagiaan (sa’adal) keselamatan (hajat) kejayaan (fawz), kemakmuran (falah) dan kesempurnaan (al-kamal).
Di samping beberapa istilah kesehatan mental tersebut, di dalam Al-Qur’an juga banyak terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan uraian defenisi kesehatan mental, meliputi hubungan manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan tuhan, yang kesemua nya di tujukan untuk mendapatkan hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.
1. Ayat tentang kebahagiaan.
Firman Allah Swt surah Al-Qashash : 77.
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) duniawi dan berbuat baik (kepada orang lain) sebagai mana Allah telah berbuat kepadamu dan jangan kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qashash:77).
2. Ayat tentang ketenangan jiwa.
Surah Al-Fath ayat: 4
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: Allah-lah yang telah menurunkan ketenangan jiwa kedalam hati orang-orang mukmin, supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka yang sudah ada.
(QS Al-fath: 4)
Ayat pertama Allah memerintahkan orang islam untuk merebut kebahagiaan akhirat dan kenikamatan dunia dengan jalan berbuat baik dan menjauhi perbuatan mungkar.
Dan pada ayat ke dua Allah menyifati diri-Nya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman.
D. Kesehatan Mental Dalam Hadits
Hadits sebagai sumber kedua ajaran Islam sesudah Al-Qur’an banyak juga yang menyinggung hal-hal yang brhubungan dengan kesehatan mental. Hadits yang berhubungan dengan kesehatan mental adakala nya yang berhubungan dengan indikator kesehatan mental dan adakalanya berkaitan dengan psikoterapi, dan yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Yang berkaitan dengan indikator kesehatan mental :
1. Rasa aman
Sabda Rasulullah SAW yang Artinya :
Dan ubaid ibn muhashan al-khitmi bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa di antara kalian yang telah merasa aman dengan lingkungan atau kelompokm sosial, tubuhnya sehat dan mampu mencukupi kebutuhan makannya setiap hari, maka baginya sepadan dengan memiliki dunia dan segala isinya.
( H.R. Tarmidzi).
Berdasarkan hadits diatas Rasulullah SAW menyatakan bahwa ada tiga sebab bagi seseorang untuk merasakan kebahagiaan yaitu :
a. Perasaan nyaman dalam sebuah komunitas.
b. Tubuh yang sehat ; dan
c. Mampu mencukupi kebutuhan makannya sehari-hari.
Ketentraman dan kebahagiaan akan tercapai jika seseorang merasa bahwa dirinya di terima di dalam lingkungan sosialnya, tubuhnya sehat terhindar dari berbagai macam penyakit dan mampu memenuhi kebutuhan primer demi kelangsungan hidupnya seperti minum dan makan.ketiga hal ini merupakan indikator penting bagi kesehatan.
2. Kanaah dan ridha menerima apa yang telah di tentukan oleh Allah SWT kepadanya.
Rasulullah bersabda yang artinya :
Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: “ orang yang kaya itu bukanlah karena harta yang melimpah, tetapi orang yang kaya itu ialah karena kaya jiwanya. (H. R. Saikhan dan Tarmidzi).
Berdasarkan hadits diatas bahwa diantara faktor yang dapat mnentramkan jiwa adalah sikap menerima rezeki yang telah di berikan oleh Allah SWT, tidak perduli terhadap keadaan orang yang lebih kaya dari dirinya, jika seseorang tidak memiliki sikap kanaah dan ridha, maka yang terjadi dalam diri seseorang hanyalah kemarahan, kegelisahan, dan kesengsaraan. Oleh karenanya, Rasulullah SAW berwasiat kepada para sahabatnya agar bersifat kanaah dan ridha, supaya mereka meraih ketentraman jiwa.
3. Sukur dan sabar
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“sungguh luar biasa hal yang di peroleh orang yang beriman karena suluruh hidupnya sarat dengan kebaikan. Tidak ada seseorangpun yang dapat menyamai orang beriman. Jika ia di beri kesengsaraan, maka ia bersyukur dan rasa syukur itu termasuk kebaikan baginya”. (H. R Muslim)
Berdasarkan hadits di atas bahwa salah satu indikator penting kesehatan mental diantaranya ialah kemampuan individu dalam menanggung beban hidup. Teguh dari dalam menghadapi krisis dan cobaan serta sabar menghadapi segala rintangan. Ia berani dan tidak mempunyai rasa putus asa. Seseorang yang menghadapi berbagai musibah dan situasi sulit dengan penuh kesabaran dan keteguhan hati, merupakan indikator orang sehat mental nya, dan jiwanya normal.
4. Rasa Tanggung Jawab
Rasulullah bersabda yang artinya:
Dan ibn Umar r.a. Rasulullah SAW bersabda : “Setiap kalian semua adalah pengembala dan bertanggug jawab atas pengembalaanya. Seorang pemimpin (negara) adalah pengembala keluarga dan bertanggung jawab atas keluarganya. Seorang istri adalah pengembala rumah keluarga suaminya dan bertanggung jawab atas keluarganya. Seorang budak adalah pemelihara harta tuannya dan bertanggung jawab atas harta tersebut. Ingatlah setiap kalian adalah pengembala dan setiap kalian bertanggung jawab atas pengembalaannya.” ( H.R. Abu Daud, Tarmidzi dan Nasa’i)
Berdasarkan hadits di atas bahwa setiap individu dalam masyarakat harus bertanggung jawab pada sesama manusia. Seorang invidu yang mau memerhatikan dan menolong sesama, bertanggung jawab pada pekerjaan yang harus di jalaninya, bertanggung jawab bagi kemaslahatan umum, dan mau menebar kebaikan kepada semua individu dalam masyarakat. Manusia normal harus merasa bertanggung jawab secara intelektual dan sosial pada masyarakatnya. Ia selalu berpihak dan menolong orang lain dan mengulurkan tangan kedermawanannya kepada orang lain.
E. Berbagai Aliran Dalam Kesehatan Mental
Diantara aliran-aliran tersebut yang terkenal adalah sebagai berikut :
1. Aliran Psikoanalitik
Aliran ini dikenal dengan tokoh yang mempeloporinya yaitu Sigmund Freud dengan pandangan bahwa manusia adalah produk evulusi yang terjadi secara kebetulan dan merupakan makhluk biologis. Psiko-analisis merupakan satu sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar tingkah laku manusia didalam dorongan dan konflik yang tidak di sadari. Freud selanjutnya memandang bahwa tingkah laku manusia itu terjadi karena terdapat nya interaksi antara tiga alat dalam personaliti, yang disebut dengan Id, Ego dan Super Ego.
Psikoanalitik memandang bahwa kesehatan mental itu akan diperoleh apabila Ego mencapai kemenangan dalam pertarungan yang terjadi antara ketiganya. Namun tampaknya hasil (kesehatan mental) yang ia peroleh itu, bukanlah hasil yang sebenarnya, melainkan hasil yang semu. Sebab di balik keberhasilan itu pertarungan-pertarungan diantara ketiganya akan terus berlangsung. Ego hampir saja selalu bersebrangan dengan Id. Kemudian datang Super Ego yang mencoba melerai keduanya, yang pada dasarnya semakin memperluas arena pertarungan.
Dengan demikian,maka manusia adalah makhluk yang penuh dengan sikap pesimis dan tidak akan memeperoleh kesehatan mental yang sebenar-benarnya. Para penganutnya pesimis akan dapat mencapai kesehatan mental yang sempurna karena didalam dirinya selalu terjadi pertentangan sebagai frame atau kodrat hidup manusia.
2. Aliran Behavioristik
Aliran ini di pelopori oleh Thorndike dan John B. Watson. Aliran ini menitik-beratkan kepada tingkah laku manusia. Meraka memandang manusia ibaratkan mesin.
Aliran ini berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kesanggupan seseorang untuk memperoleh kebiasaan yang sesuai dan dinamik yang dapat menolongnya berintegrasi dengan lingkungan, dan menghadapi suasana-suasana yang memerlukan pengambilan keputusan. Dengan kata lain, orang yang sehat mentalnya adlah orng yang ber-adjusment secara baik dan dinamis dengan lingkungan di mana ia berada.
Aliran ini mendapat kritikan karena menganggap manusia itu sebagai makhluk hedonis yang mempunyai motif tunggal untuk menyesuaikan diri (adjusment) dengan lingkungan fisik dan sosial. Di samping itu aliran ini mengabaikan aspek spiritual manusia dan mementingkan aspek biologis saja.
3. Aliran Humanistik
Aliran ini di pelopori Abraham Maslow. Aliran ini berpendapat bahwa pengkajian terhadap manusia harus di dekati dari sudut kemanusiaannya. Manusia dilengkapi dengan berbagai potensi yang bebas di pergunakan menurut kemauannya. Oleh karena itu kesehatan mental, menurut aliran ini, adalah kesadaran manusia terhadap potensi-potensinya dan kebebasannya untuk mencapai apa yang ia kehendaki dengan cara yang di pilihnya. Dengan kata lain, bahwa orng yang sehat mentalnya menurut aliran ini adalah orang sadar akan potensi yang dimilikinya, kemudian secara bebas ia dapat mengembangkan sesuai dengan kehendak nya.
4. Aliran Psikologi Transpersonal
Aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran humanistik, jadi penggagasnya termsuk juga Jung, Abraham Maslow, Victor Frankl, William James yang banyak mempengaruhi pikiran Jung.
Menurut Maslow pengalaman keagamaan adalah “ peak experience, plateu dan father reaches of human nature”. Dalam arti kata psikologi belum sempurna sebelum di fokuskan kembali pada pandangan spiritual agama. Dalm hal ini psikologi tranpersonal berusaha menggabungkan tradisi-tradisi agama besar timur. Nmaun, aliran ini tidak menyebutkan secara spesifik agama-agama besar timur itu sehingga menimbulkan keraguan.
5. Pandangan Islam
Pandangan islam tentang manusia dan kesehatan mental, berbeda dengan aliran-aliran di atas. manusia dalam pandangan islam diciptakan oleh Allah dengan tujuan-tujuan tertentu :
a. Menjadi hamba Allah (‘abd Allah) yang tugasnya mengabdi kepada Allah SWT.
b. Menjadi khalifah Allah fi al-ardh yang tugasnya mengolah alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk dalam rangka ubudiyah kepad-Nya.
Agar tujuan tersebut dapat di capai, manusia dilengkapi dengan berbagai potensi yang harus di kembangkan dan di manfaatkan sesuai dengan aturan Allah.
Menurut pandangan pandangan islam orang yang sehat mentalnya ialah orang yang berprilaku, fikiran, dan perasaan nya mencerminkan dan sesuai dengan ajaran islam. Ini berarti, orang yang sehat mentalnya ialah orang yang didalam dirinya terdapat keterpaduan antara perilaku perasaan, pikirannya dan jiwa keber-agamaan nya. Dengan demikian tampaknya sulit di ciptakan kondisi kesehatan mental dengan tanpa agama. Bahkan dalam hal ini Malik B. Badri berdasarkan pengamatannya berpendapat, keyakinan seseorang terhadap islam sangat berperan dalam membebaskan jiwa dari gangguan dan penyakit kejiwaan. Disinilah peran penting islam dalam membina kesehatan mental.

BAB III
KESIMPULAN
 Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tentram.
 Hubungan antara agama dan kesehatan mental sangat erat sekali karena agama sangat berperan dalam membina kehatan mental, karena bagaimana pun, suatu ketika manusia berada dalam kondisi keadaan tanpa daya, manusia akan kehilangan pegangan, bersikap pasrah. Dalam kondisi sperti ini ajaran agama paling tidak membangkitkan makna dalam hidup nya, Dan paling tidak dapat bengaruh dalam menanamkan keluhuran budi.
 Kesehatan mental dalam Al-Qur’an yaitu tentang kebahagiaan dan ketangan jiwa. Kebahagian yang di maksud ialah Allah memerintahkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash ayat: 77, agar setiap orang islam itu merebut kebahagiaan di dunia dan di akhirat degan jalan berbuat baik dan menjauhi perbuatan mungkar. Sedangkan ketenangan jiwa yang di maksud adalah Allah menyifati diri-Nya bahwa dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa kedalam hati orang yang beriman. Seperti yang terdapat dalam Surah Al-Fath ayat : 4
 Kesehatan mental dalam hadits Nabi ialah :
 ketika seseorang merasa dirinya aman dengan lingkungan atau kelompok sosial,tubuh yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
 Bersikap menerima apa yang telah di berikan Allah SWT, tidak peduli dengan keadaan orang lebih kaya dari dirinya.
 Bersyukur dan bersabar dalam menanggung beban hidup.
 Bertanggung jawab atas keluarga dan kepemimpinan nya.
 Aliran-aliran dalam keshatan mental :
• Aliran psikoanalitik : Aliran ini berpendapat bahwa seseorang tidak akan mendapatkan kesehatan mental yang sempurna karena selalu terjadi pertentangan sebagai frame atau kodrat manusia.
• Aliran behavioristik : Aliran ini berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kesanggupan seseorang untuk memperoleh kebiasaan yang sesuai dan dinamik yang dapat menolongnya berintegrasi dengan lingkungan, dan menghadapi suasana-suasana yang memerlukan pengambilan keputusan.
• Aliran humanistik : Aliran ini berpendapat bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang sadar akan potensi yang dimilikinya, kemudian secara bebas ia dapat mengembangkan sesuai dengan kehendak nya.
• Aliran psikologi transpersonal : Aliran berusaha ini menggabungkan tradisi psikologis dengan agama-agama besar timur, namun aliran ini tidak menyebutkan secara spesifik agama-agama besar timur tersebut sehingga menimbulkan keraguan.
• Pandangan islam : Dalam pandagan islam orang yang sehat mentalnya adalah orang yang didalam dirinya terdapat keterpaduan antara perilaku perasaan, pikirannya dan jiwa keber-agamaan nya.

Saturday 10 November 2012

RPP SEPAK BOLA SMU KELAS X-1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah          :
Mata Pelajaran         :  Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Kelas/Semester         :  X / 1
Pertemuan Ke          :  ……………….……………….……………….
Alokasi Waktu         :  …..……………….……………….……………

A.    Kompetensi Dasar
1.1        Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai semangat dan percaya diri.

B.     Indikator
-          Mengenal bola
-          Menendang bola
-          Menghentikan bola / mengontrol bola
-          Menggiring bola
-          Melempar bola
-          Bermain sepak bola secara sederhana

C.    Materi Pokok
Teknik Dasar Bermain Sepak Bola

D.    Skenario Pembelajaran

No
Kegiatan
Alokasi Waktu
Metode
1.
Pendahuluan
Peserta didik dibariskan menjadi 4 saf, berdo’a bersama, diadakan presensi serta penjelasan materi yang akan dibahas serta dilanjutkan pemanasan.

10 menit

Ceramah
Demonstrasi
Tugas
2.
Inti
-      Teknik mengenal bola dilakukan dengan cara menggulir-gulirkan bola, menimang-nimang bola
-      Teknik menendang bola dengan menggunakan kaki bagian dalam, punggung kaki bagian luar
-      Teknik menghentikan / mengontrol bola dengan menggunakan kaki bagian dalam punggung kakai dan kaki bagian luar.
-      Teknik melempar bola dilakukan dengan cara :
a. berdiri diluar garis samping
b.bola dipegang dengan dua tangan dari atas belakang kepala
c. badan ditarik ke belakang diteruskan dengan mengayunkan kedua tangan ke depan (menggunakan kekuatan otot perut, panggul, bahu dan tangan)
-      teknik bermain bola secara sederhana


60 menit

Ceramah
Demonstrasi
Tugas
3.
Penutup
-      Peserta didik dibariskan, diadakan koreksi / evaluasi terhadap kegiatan yang baru dipratekkan.
-      Informasi-informasi

20 menit

Ceramah
Diskusi




E.     Media / Alat
Buku : Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek oleh Muhajir
Alat  :  Lapangan sepak bola, bola kaki, peluit

F.     Evaluasi
Penilaian dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan peserta didik.




Kepala sekolah


.............................
.............., ..................
Guru Mapel


____________________
NIP.