Tuesday 2 August 2011

Tuna grahita

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut maka setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tertuang dalam UU No. 2 tahun 1989 pasal 5 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian orang-orang yang menderita cacat atau kelainan juga mendapatkan perlindungan hak. Seperti tertuang pada pasal 8 ayat (1) UU No. 2 tahun 1989 disebutkan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh Pendidikan Luar Biasa (PLB).Namun dalam kenyataan prosentase anak cacat yang mendapatkan layanan pendidikan jumlahnya amat sedikit. Serta pasal 5 ayat (2) juga disebutkan bahwa “Setiap warga yang memiliki kelainan fisik, mental, sosial, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.Dengan kata lain perkembangan manusia ada yang wajar atau normal dan ada pula yang perkembangannya terganggu (abnormal) yang akan berpengaruh terhadap mental dan jasmani. Sehingga dalam permasalahan pendidikan, tidak ada perbedaan antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak yang mengalami kecacatan fisik, seperti anak yang mengalami kelemahan mental atau sering disebut Tunagrahita. Hal ini dikarenakan masih adanya hambatan pada pola pikir masyarakat kita yang mengabaikan potensi anak cacat. Pada umumnya masyarakat memandang kecacatan (disability) sebagai penghalang (handicap) untuk berbuat sesuatu. Telah banyak bukti bahwa orang cacat mampu melakukan sesuatu dengan berhasil. Pada hakikatnya kecacatan seseorang bukanlah merupakan penghalang untuk melakukan sesuatu.
Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi, terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Selain itu, juga memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Oleh karena itu berdasarkan UU diatas setiap orang berhak atas pendidikan.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dalam hal ini penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana cara menangani anak tuna grahita?
2.      Upaya apa saja yang dilakukan pendidik dalam meningkatkan pembinaan penjas atau olahraga bagi anak tuna grahita?
1.3.   Tujuan atau Manfaat
2.      Tujuan
a.       Untuk mengetahui upaya pembelajaran pembinaan penjas bagi anak cacat tuna grahita
b.      Untuk mengetahui tingkat kesulitan pembelajaran penjas atau olahraga bagi penyandang cacat tuna grahita
c.       Untuk mengetahui cara pemberian pembelajaran bagi penyandang cacat tuna grahita.
3.      Manfaat
a.       Menjadi sebuah masukan pengetahuan bagi kami yang sedang belajar di jurusan penjaskes.
b.      Sebagia masukan yang penting khususnya bagi penulis sendiri dan bagi khalayak umum.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1.   Pembinaan Olahraga
Pembinaan olahraga atau penjas telah diatur dalam UU No 3 tentang Keolahragaan Nasional dalam pasal 1ayat 8 yaitu : pembinaan olahraga adalah orang yang memiliki minat dan pengetahuan, kepemimpinan, kemampuan manajerial dan pendanaan yang didedikasikan untuk pembinaan dan pengembangan olahraga. Dari hal tersebut bahwa pembinaan oleh seorang guru bagi anak harus benar-benar didedikasikan sepenuhnya bagi perkembangan si anak, tak terkecuali dengan ALB.
Perbedaaan penanganan pembinaan anak yang normal dan yang ALB sangatlah berbeda dalam pemberian materi maupun pembelajaran olahraga. Misalkan bagi anak tuna grahita dalam pemberian pembinaan pembelajaran penjas atau olahraga perlu kesabaran yang tinggi dan perlu penanganan secara terpadu serta adanya sutu pendekatan.
2.2.    Anak Cacat Tuna Grahita
Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tuna grahita biasa dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tunagrahita memiliki arti menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak keterbelakangan mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. Tingkat kecerdasan secara umum bagi anak tuna grahita biasanya diukur lewat tes Intelegensi yang hasilnya disebut dengan IQ.


 BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Karakteristik Pendidikan Bagi Anak Tuna Grahita
                        Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi, terutama yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat. Selain itu, juga memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Keterbatasan lain yang dimiliki anak tunagrahita yaitu kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,kurang dapat merespon dan menangkap suatu materi. Sehingga kurikulum yang digunakan tunagrahita adalah kurikulum sekolah reguler (kurikulum nasional) yang dimodofikasi (diimprovisasi) sesuai dengan tahap perkembangan anak berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat kecerdasannya. Modifikasi kurikulum pendidikan penjas adaptif dilakukan terhadap: alokasi waktu, isi/materi kurikulum, proses belajar-mengajar, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Dengan ini, maka diharapkan mereka akan mendapatkan sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan anak guna melengkapi bekal hidup. Mengingat kondisi peserta didik yang memiliki keterbatasan intelegensi dan juga keterbatasan lainnya, dan juga pentingnya pendidikan. Maka dari hal tersebut bahwa pentingnya pendidikan untuk anak tuna grahita termasuk  pendidikan motorik anak dalam olahraga, Serta yang perlu di perhatikan adalah karakteristiknya (Modul Depdiknas: 2007), seperti:
a.       Dalam belajar keterampilan membaca, keterampilan motorik, keterampilan lainnya adalah sama seperti anak normal pada umumnya.
b.      Perbedaan tuna grahita dalam mempelajari keterampilan terletak pada karakteristik belajarnya.
c.       Perbedaaan karakteristik belajar pada anak tuna grahita ada dalam tiga daerah yaitu;
1.      Tingkat kemahirannya dalam keterampilan tersebut.
2.      Generalisasi dan transfer keterampilan yang baru diperoleh.
3.      Perhatiannya terhadap tugas..
Adapun Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi,
1.Fisik (Penampilan)
Ø  Hampir sama dengan anak normal
Ø  Kematangan motorik lambat
Ø  Koordinasi gerak kurang
Ø  Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
2.Intelektual
Ø  Sulit mempelajari hal-hal akademik.
Ø  Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
Ø  Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
Ø  Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
3.Sosial dan Emosi
Ø  Bergaul dengan anak yang lebih muda.
Ø  Suka menyendiri
Ø  Mudah dipengaruhi
Ø  Kurang dinamis
Ø  Kurang pertimbangan/kontrol diri
Ø  Kurang konsentrasi
Ø  Mudah dipengaruhi
Ø  Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

3.2.            Pendekatan Pembelajaran Penjas Adaptip Bagi Anak ALB
Penjas adaptif berperan penting dalam keberhasilan anak mengikuti proses pendidikan. Program Penjas adaptif memiliki cirri yang berbeda dengan pendidikan jasmani biasanya yaitu programnya disesuaikan dengan kelainan anak, programnya mengarah kepada perbaikan dan koreksi kelainan, dan programnya mengarah kepada pengembangan dan peningkatan jasmani individu siswa. Supaya program pengajaran atau pembinaandapat diikuti bagi anak ALB (tuna grahita)  maka perlu adanya modifikasi dalam setiap aspek pembelajaran. Adapun modifikasi program pembelajarannya secara umum adalah sebagai berikut:
a.       Kurikulumnya baik secara perubahan total maupun perubahan sebagian dari kurikulum.
b.      Strategi belajarnya dapat dig anti atau di sesuaikan berdasarkan sutu kondisi dan sikon yang memungkinkan.
c.       Medianya (materi dan alat) yang digunakan di sesuaikan bagi anak tuna grahita.
d.      Pengaturan kelasnya, disini sangat penting karena perlunya suatu teknik mengajar yang sesuai dengan anak tuna grahita atau anak ALB lainnya
e.       Lingkungan atau sarana fisik yang dapat menunjang bagi pemberian suatu pembinaan penjas.
Adapun pendekatan  pengajaran bagi anak tuna grahita atau ALB lainya yaitu:
a.       Pengajaran klasikal diberikan kepada anak tuna grahita atau ALB lainnya yang memiliki tingkat akademis normal dan sama dalam satu kelas, sehingga kegiatan dan materinya sama dalam satu kelas.
b.      Pengajaran individual adalah pengajaran yang diberikan orang-perorang dari anak ALB.
c.       Individualisasi pengajarannya adalah pendekatan dalam kelas akan tetapi setiap anak memiliki sutu program sesuai dengan tingkat pencapaian dalam belajar.
d.   Memberikan pembelajaran dengan metode inklusi.
3.3.            Pembelajaran Penjas Atau Olahraga Bagi Anak Tuna Grahita
Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya.
Dengan pendidikan jasmani atau olahraga yang diadaptasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan jenis kelainan dan tingkat kemampuan albmerupakan salah satu factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pendidikan olahraga atau penjas bagi anak yang berkelainan termasuk tuna grahita.  pendidikan jasmani adaftif merukpakan suatu system penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan pemecahan masalah bagi anak ALB. Adapun cirri dari program penjas adaptif antara lain:
a.       program penjas addaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa.
b.      Program pengajaran penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.
c.       Program pengajaran penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu.
Untuk pembinaan anak tuna grahita dalam penjas atau olahraga dapat dilihat dari hal di atas serta adanya suatu perombakan dalam program pembelajaran. Anak tuna grahita biasanya kurang cepat dalam menerima atau merespon dari apa yang dipelajarinya atau dilakukannya.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Pada dasaarnya anak tuna grahita itu sama dengan anak yang normal dalam segi motoriknya akan tetapi anak  tuna grahita atau disebut keterbelakangan mental memiliki kelambatan dalam belajar. Program penjas adaptif sangatlah membantu bagi anak tuna grahita dengan pengajaran yang tepat maka pendidikan olahraga akan mengenai sasarannya. Modifikasi kurikulum pendidikan penjas adaptif dilakukan terhadap: alokasi waktu, isi/materi kurikulum, proses belajar-mengajar, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas.
4.2. Saran
Anak tuna grahita bukan momok yang harus dikucilkan dalam pembelajaran penjas disekolah maupun temannya dan masyarakat bahkan mereka harus mendapatkan perhatian yang lebih terkhusus untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti halnya anak yang normal lainnya.
Sehingga diperlukan lembaga khusus yang menangani anak tuna laras. Peserta didik yang menyandang kelainan demikian juga memperoleh pendidikan yang layak, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang dalam hal ini menyatakan dengan singkat dan jelas bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran” yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2007. Diklat pembekalan guru kelas/ agama SD mata pelajaran penjas. Jawa barat
http//irfandedikpurnomo.files.wordpress.com/.../anak-tunagrahita-dan-karakteristiknya.doc
http://yuswan62.wordpress.com

Thursday 10 February 2011

METODE MENGAJAR DALAM PENJAS

Pendahuluan
Proses pembelajaran di Indonesia dikembangkan menjadi pembelajaran yang kita kenal dengan istilah “ Pakem ” yang merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau ada yang menyebut dengan istilah “ Paikem “ yaitu Pembelajaran Aktif, Inofatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Untuk dapat menghasilkan sistem pembelajaran yang aktif, inofatif, kreatif, efektif maupun yang menyenangkan :
Beberapa metode mengajar yang ada, diantaranya yaitu
1.      Metode Ceramah. Metode ini dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dilaksanakan secara lisan.
Ø      Kelebihan berfungsi untuk menghemat waktu, biaya dan peralatan.
Ø      Kelemahan metode ceramah yaitu peran serta peserta didik sangat rendah. Oleh sebab itu untuk mendapatkan hasil yang optimal disarankan apabila menggunakan metode ini hendaknya ditunjang dengan penggunaan media yang baik, seperti peta konsep, LCD-media power point, gambar , OHP, Internet dan lainnya. Juga disarankan disisipi dengan metode-metode lain seperti Tanya jawab, pemberian tugas atau yang lainnya.
Ø      Metode Demonstrasi. Demontrasi merupakan metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta didik dengan menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta.
Ø      Kelebihan metode ini peserta akan mendapatkan pengalaman belajar langsung setelah melihat , melakukan, dan merasakan sendiri.
Ø      Kelemahan metode ini yaitu memerlukan banyak waktu.
2.       Metode Tanya Jawab.  Metode ini digunakan untuk mengaktifkan siswa dan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menyerap materi.
·        Keaktifan siswa dalam memahami materi
·        Kelemahan metode ini, yang aktif hanya siswa tertentu yang bias menjawab atau yang berani bertanya.Sedangkan yang lain cenderung tidak memperhatikan dan masa bodoh.
3.       Metode Diskusi.
Metode diskusi digunakan untuk menumbuhkan interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru. Metode ini juga digunakan untuk memberikan pengalaman kepada siswa agar terbiasa berbicara diforum, mendidik siswa agar dapat menghargai pendapat orang lain. Metode diskusi ada yang membagi menjadi dua yaitu diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pada prinsipnya kedua metode itu hampir sama yaitu bertujuan untuk mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi kelompok biasanya diteruskan dengan diskusi pleno ( kelas ) yang merupakan pemaparan dari hasil yang dicapai dalam diskusi kelompok.
·        Kelebihannya memberikan pengalaman kepada siswa agar terbiasa berbicara diforum, mendidik siswa agar dapat menghargai pendapat orang lain.
·        Kelemahan metode ini banyak waktu yang tersita, siswa yang tidak terbiasa berbicara di muka umum akan bersifat apatis.
4.       Metode Simulasi. Metode ini menampilkan simbol-simbol, atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya, siswa dapat melakukan seperti keadaan sebenarnya, tetapi bukan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya. Pada intinya metode ini memindahkan situasi yang nyata kedalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek dalam situasi yang sebenarnya, misalnya
·        kelebihannya siswa dapat melakukan seperti keadaan sebenarnya, tetapi bukan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya.
·        Kelemahananya hanya bias diterapkan di sekolah-sekolah tertentu



A.   Metode Mengajar Pendidikan Jasmani
Dalam pendidikan jasmani ada beberapa macam metode yang digunakan  dalam pembelajarannya antara lain :
1. Gaya Komando
Dalam gaya komando ini guru penjas harus aktif karena penjelasan, penyampaian materi diberikan oleh guru penjas itu sendiri. Dalam gaya komando dari pra pertemuan, dalam pertemuan dan pasca pertemuan keputusan semua diambil oleh guru penjas.
Unsur-Unsur Khas Gaya Komando :
·        Semua keputusan dibuat oleh guru
·        Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas
·        merupakan kegiatan utama siswa
·        Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi
·        Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
·        Mengembangkan perilaku disiplin
2. Gaya latihan
Dalam gaya latihan siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan dan guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan.
Peranan Guru Penjas :
·        Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
·        Memberi balikan secara individual
·        Meningkatkan interaksi kepada individu
·        Memberi kesempatan kepada siswa dalam penyesuaian diri

3. Gaya Resiprokal
Gaya resiprokal memberikan kesempatan kepada teman sebaya, untuk memberikan umpan balik.
Peranan ini memungkinkan:
·        Peningkatan interaksi sosial antar siswa 
·        Umpan balik langsung
·        Jadi dalam gaya ini antar siswa bisa saling mengoreksi.
4. Gaya Cakupan atau Inklusi
Dalam gaya ini guru memberi tingkatan / level kemampuan kepada
siswa, sehingga siswa dapat memilih gerakan sesuai kemampuannya.
5. Gaya Konvergen dan Divergen
Dalam gaya konvergen guru cukup memberikan perintah / intruksi dalam melakukan teknik gerakan dan siswa melakukan sesuai sepengetahuannya. Contoh : Bagaimana cara melakukan passing menggunakan kaki bagian luar dalam sepak bola/lakukan. Dalam gaya divergen siswa dituntut kreativ karena guru hanya memberi intruksi / perintah dan siswa melakukan.Contoh : Buatlah bentuk latihan menggunakan tali untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

B.   Permasalahan Dalam Pengajaran Teknik Permainan Kasti
Permasalahan yang ada saat memberikan teknik pada siswa yang menjadi kendala adalah:
1.      Teknik memukul, pemukul saat perkenaan bola dengan tongkat sering terjadi kesalahan, contohnya tidak mengenai sasaran atau bola
2.      Teknik melempar bola, saat seorang pitcher melempar bola sering terjadi kesalahan dalam melempar bola yang mengakibatkan bola tidak sesuai permintaan pemukul.
3.      Menangkap bola setelah dipukul, regu penjaga saat menerima bola dari si pemukul kadang-kadang tidak tepat atau tidak bisa menangkap langsung.

 Teknik Dasar Permainan Kasti
Sebelum melangkah ke dalam peraturan permainan terlebih dahulu harus menguasai teknik-teknik dasar permainan kasti, beberapa teknik dalam permainan bola kasti adalah sebagai berikut:
1. Melambungkan Bola
Melambungkan bola perlu dikuasai oleh pemain karena teknik dasar ini salah satu yang menentukan dalam permainan, agar dapat melambungkan bola dengan baik tekniknya antara lain:
a. Melambungkan Bola ke Atas
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Berdiri dengan salah satu kaki di depan (kaki kanan /kiri).
2.      Pegang bola dengan tangan kanan, sejajar dengan dada
3.     Bola berada pada pangkal jari-jari, tangan kanan membuat cekungan dan menghadap ke atas.
4.      Tangan kanan di depan dada dengan siku sedikit ditekuk dan tangan kiri didepan dada.
5.      Tarik tangan kanan ke bawah hingga di samping belakang lutut.
6.      Condongkan badan agak kedepan dan tekuklah kedua lutut.
7.      Ayunkan tangan keatas dengan siku lurus.
8.      Lepaskan bola disertai dengan lecutan telapak tangan kearah atas.

b. Melambungkan Bola ke Depan
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.    Berdiri dengan kaki kiri di depan.
2.    Tangan kanan memegang bola.
3.    Tangan kanan yang memegang bola lurus berada di samping paha.
4.    Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari dan telapak tangan membuat cekungan.
5.    Selanjutnya tarik tangan kanan lurus kebelakang.
6.    Tekuk kedua lutut dan badan condong kedepan (badan tidak membungkuk).
7.   Ayunkan tangan yang memegang bola kearah depan,langkahkan kaki kanan dan luruskan lutut kiri.

c. Melempar Bola dari Atas Kepala
Lemparan bola dari arah atas biasanya digunakan dari jarak yang jauh dari pemukul atau pemain yang berlari, langkah-langkah melempar bola ke pada pemukul antara lain:
1.    Berdiri dalam sikap siap melempar.
2.   Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari, ketiga jari-jari berada pada belakang bola, ibu jari dan jari kelingking berada di samping bola.
3.   Tariklah tangan kebelakang bersama dengan gerakan memutar kesamping dan langkahkan kaki kiri kedepan.
4.   Badan condong kebelakang lalu ayunkan tangan yang memegang bola dari belakang dan lemparkan dengan kaki kanan ikut maju.

a. Menangkap Bola
teknik menangkap bola dalam permainan kasti, teknik ini digunakan oleh pemain penjaga.berbagai teknik tangkapan antara lain:
a. Menangkap Bola Lambung
langkah-langkahnya adalah:
1.  berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.
2.   julurkan tangan keatas depan kepala badan sedikit condong kedepan.
3.   kedua telapak tangan membuka menyerupai bunga yang merekah dan siap menangkap bola, pandangan tetap kebola.
b. Menangkap Bola Mendatar
teknik menangkapnya sebagai berikut.
1.   berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.
2.  posisi kedua telapak tangan, kedua lengan lurus kedepan dan tangan kanan atau tangan kiri yang di atas seperti bentuk tepuk tangan dari atas.
c, Menangkap Bola Dari Bawah
tekniknya sebagai berikut:
1.    kedua tangan siap menerima bola dengan berjongkok.
2.    jari-jari tangan berada di bawah sejajar arah bola yang akan datang
3.    pandangan lurus kearah bola agar dapat melihat arah bola datang

c. Memukul Bola
Memukul bola, teknik ini merupakan teknik yang harus dikuasai setiap pemain karena sebuah pukulan yang dapat menentukan berhasil tidaknya permainan. Ada beberapa teknik memukul yang harus dikuasai pemain kasti antara lain:
·        memukul bola mendatar
·        memukul bola merendah atau menyusur tanah
·        memukul bola atas kepala

d. Teknik Berlari
Berlari, teknik berlari merupakan teknik yang dapat dilakukan oleh setiap pemain. Alangkah baiknya bila teknik berlari bagi pemain kasti di perdalam lagi agar tidak kecapean bila sedang berlari. Ada beberapa teknik berlari antara lain:
·        berlari lurus
·        berlari zig-zag
C.   Sususnan pelaksanaan
1. Pembukaan ( Pengantar) 5 ‘menit
  1. Berdo’a
  2. Penyampaian tujuan  saat itu dan harapam mengenai sikap yang ingin dicapai
  3. Penjelasan materi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
  4. Meberikan motifasi agar melaksanakan latihan dengan semangat yang tinggi
2. Warming Up ( pemanasan ) 20 ‘ – 30 ‘menit
Pada dasarnya bagian ini bertujuan menyiapkan organisme atlit agar secara fisiologis dan psikologis siap menerima beban latihan pada bagian inti nanti .secara garis besar dapat berisi sebagai berikut :
  1. Mempelancar sirkulasi darah,melebarkan kapiler/mempelancar pergantian udara diparu-paru
  2. Penguluran dan mempertinggi kontraksi otot
  3. Melemaskan persendiaan-persendian
Beberapa pedoman dalam Warming Up
  • Sasaran Warming dari yang umum ke yang khusus
  • Dapat dilakuakan dalam bentuk Streching statis dan balistik,dalam bentuk permainan kecil, sebaiknya dimulai dengan jogging-ringan untuk lebih mempercepat merangasang kerja jantung dan paru-paru.
  • Gerakan dimulai dari intensitas ringan /sedang menujua kaearah yang beratataudari gerakan yang sederhana ke gerakan yang lebih komplek.
  • Latihan senam ( Calesthenik ) dalam warming Up harus dipilih secara tepat dan menyeluruh latihan yang berkisar antara 8 -12 macam dengan 16 kali ulangan
  • Warimg up tidak boleh membuat kaku dan dan tidak boleh melelahakn
  • Warming up untuk pertandingan mengandung unsure-unsur yang lebih lengkap dan lebih lama ( 30 – 40′) secara optimal siap bertanding
  • Pemansan dengan mengunakan yang sesuai dengan cabang olahraga, dilakukan setelah pemansaan umum.
3. Bagian Utama ( Inti ) 60′ – 90 ‘menit
Bagian inti dapat berisi dengan berbagai prinsip ;
1.      Dapat 1-3 macam sasaran,sasaran dapat berupa kulatisa fisik,teknik,taktik atau kombinasi dari ketiganya
2.      Latihan teknik dan taknik atau kombinasi dari kedua unsure tersebut  ataupun kombinasi dari ketiganya
3.      Latihan teknik dan taktik hendaknya diletakan pada bagian awal latihan inti jangan ada latihanynyang melelahakan sebelumnya.kalau latihan teknik dan teknik yang sangant komplek harus disderhanakan.
4.      Latihan teknik dan teknik dengan repetisi tinggi dan intenstas tinggi baru boleh diberikan apabila bentyuk gerakan tekniknya sudah dikuasai dengan baik/betul.
5.      Kalau Latihan berupa unsur kondisi fisik kecepatan harus diletakan pada bagian awaljuga,dimana dfisik masih dalam keadaan segar ( tidak boleh dalam kelelahan )
6.      Kalau kecepatan digabungkan dengan power juga kecepatan harus didahulukan
7.      Kalau kekuatan di kombinasikan dengan daya tahan,maka daya tahan diletakan pada bagian akhir inti.
8.      Jangan menggabungkan latihan kecepatan dengan daya tahan aerobic dalam satu seseion.
Adapun bagian inti latihannya sebagai berikut:
Teknik Dasar Permainan Kasti
Sebelum melangkah ke dalam peraturan permainan terlebih dahulu harus menguasai teknik-teknik dasar permainan kasti, beberapa teknik dalam permainan bola kasti adalah sebagai berikut:
1. Melambungkan Bola
Melambungkan bola perlu dikuasai oleh pemain karena teknik dasar ini salah satu yang menentukan dalam permainan, agar dapat melambungkan bola dengan baik tekniknya antara lain:



a. Melambungkan Bola ke Atas
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Berdiri dengan salah satu kaki di depan (kaki kanan /kiri).
2.      Pegang bola dengan tangan kanan, sejajar dengan dada
3.      Bola berada pada pangkal jari-jari, tangan kanan membuat cekungan dan menghadap ke atas.
4.      Tangan kanan di depan dada dengan siku sedikit ditekuk dan tangan kiri didepan dada.
5.      Tarik tangan kanan ke bawah hingga di samping belakang lutut.
6.      Condongkan badan agak kedepan dan tekuklah kedua lutut.
7.      Ayunkan tangan keatas dengan siku lurus.
8.      Lepaskan bola disertai dengan lecutan telapak tangan kearah atas.

b. Melambungkan Bola ke Depan
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.      Berdiri dengan kaki kiri di depan.
2.      Tangan kanan memegang bola.
3.      Tangan kanan yang memegang bola lurus berada di samping paha.
4.      Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari dan telapak tangan membuat cekungan.
5.      Selanjutnya tarik tangan kanan lurus kebelakang.
6.      Tekuk kedua lutut dan badan condong kedepan (badan tidak membungkuk).
7.      Ayunkan tangan yang memegang bola kearah depan,langkahkan kaki kanan dan luruskan lutut kiri.
c. Melempar Bola dari Atas Kepala
Lemparan bola dari arah atas biasanya digunakan dari jarak yang jauh dari pemukul atau pemain yang berlari, langkah-langkah melempar bola ke pada pemukul antara lain:
1.    Berdiri dalam sikap siap melempar.
2.   Posisi bola terletak pada pangkal jari-jari, ketiga jari-jari berada pada belakang bola, ibu jari dan jari kelingking berada di samping bola.
3.   Tariklah tangan kebelakang bersama dengan gerakan memutar kesamping dan langkahkan kaki kiri kedepan.
4.   Badan condong kebelakang lalu ayunkan tangan yang memegang bola dari belakang dan lemparkan dengan kaki kanan ikut maju.
a. Menangkap Bola
teknik menangkap bola dalam permainan kasti, teknik ini digunakan oleh pemain penjaga.berbagai teknik tangkapan antara lain:
Ø      Menangkap Bola Lambung
langkah-langkahnya adalah:
1.   berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.
2.   julurkan tangan keatas depan kepala badan sedikit condong kedepan.
3.   kedua telapak tangan membuka menyerupai bunga yang merekah dan siap menangkap bola, pandangan tetap kebola.
b. Menangkap Bola Mendatar
teknik menangkapnya sebagai berikut.
1.   berdiri dengan kaki sedikit kangkang, lutut sedikit ditekuk pandangan mata tertuju kearah datangnya bola.
2.  posisi kedua telapak tangan, kedua lengan lurus kedepan dan tangan kanan atau tangan kiri yang di atas seperti bentuk tepuk tangan dari atas.
c.  Menangkap Bola Dari Bawah
tekniknya sebagai berikut:
1.    kedua tangan siap menerima bola dengan berjongkok.
2.    jari-jari tangan berada di bawah sejajar arah bola yang akan datang pandangan lurus kearah bola agar dapat melihat arah bola datang

c. Memukul Bola
Memukul bola, teknik ini merupakan teknik yang harus dikuasai setiap pemain karena sebuah pukulan yang dapat menentukan berhasil tidaknya permainan. Ada beberapa teknik memukul yang harus dikuasai pemain kasti antara lain:
·        memukul bola mendatar
·        memukul bola merendah atau menyusur tanah
·        memukul bola atas kepala

d. Teknik Berlari
Berlari, teknik berlari merupakan teknik yang dapat dilakukan oleh setiap pemain. Alangkah baiknya bila teknik berlari bagi pemain kasti di perdalam lagi agar tidak kecapean bila sedang berlari. Ada beberapa teknik berlari antara lain:
·        berlari lurus
·        berlari zig-zag
4.  Bagian Akhir (Warming down ) 15 ‘menit
Bagian akhir dari suatu latihan disebut juga sebagai penenangan Latihan inti , dapat berisi dengan berbagai prinsip
  1. Latihan jangan berhenti dengan tiba-tiba,( karena dapat menimbulkan stres, baik stress fisik maupun phiskis ) maka pelu ada penurunana perlahan-lahan-lahan sampai kembali keadan normal.
  2. Mengakiri suatu latihan dengan bermcam-macam seperti cara ; joggingringan,senam relaksasi bentk permainan kecil,strecing ringan mengaur irama pernafaasan ( inpirasi dan ekspirasi yang dalam )
  3. Bagian paling akhir sekali dapat berisi dangan ewaluasi beupa ceramah,diskusi atau koreksi-kareksi pelaksanan latihan yang baru saja dilakukan
  4. Secara psikologis latihan ditutup dengan kesan yang menyenangkan agar dapat menjaga dan meningkatkan motivasi untuk menhgadapi latihan beikutnya
  5.  Membaca do’a penutup
Daftar pustaka
http// manesa08penjas blogspot.com, “Teknik Permainan Kasti”
Peter Kline,“ The Everyday Genius “